Adjustment

by - October 04, 2020

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh..

Apa kabar teman-teman semua? Semoga sehat selalu dimanapun kalian berada. Amiin
Karena pekuliahan semester 3 sudah dimulai. Kali ini Qorin akan menulis pembahasan yang berbeda dari biasanya yaitu mengenai topik yang berkaitan dengan psikologi. Mulai sekarang hingga kedepannya nanti topik-topik yang berkaitan dengan psikologi tersebut akan masuk kategori "Psy Talks". Nah, untuk topik pertama yang akan dibahas kali ini yaitu mengenai "Adjustment".

Di masa pandemi saat ini, tentu membawa banyak perubahan bagi hidup kita. Yang awalnya kuliah datang ke kampus bertemu secara langsung dengan teman-teman dan dosen, sekarang harus belajar di rumah secara daring. Awalnya jarang menggunakan masker ketika melakukan aktivitas di luar rumah, sekarang masker merupakan benda yang wajib digunakan. Awalnya jarang menjaga kebersihan, sekarang selalu sedia hand sanitizer kemanapun kita pergi. Tentunya di awal masa pandemi, hal-hal yang tidak biasa tersebut mungkin membuat kita merasa stress bukan? Tapi dengan seiringnya waktu, kita menjadi terbiasa. Hal ini bisa saja terjadi karena ada penyesuain diri kita dalam menghadapi situasi pandemi saat ini.
Source : thquint.com
Memang, kita sebagai individu tidak selamanya akan berhasil dalam melakukan penyesuaian diri karena ada rintangan ataupun hambatan yang kita lalui baik dari diri kita ataupun dari luar. Jika kita berhasil menyesuaikan diri tentunya kita akan bahagia dan merasa puas. Pun sebaliknya, jika kita tidak berhasil atau gagal dalam menyesuaikan diri akan merasa ketidakpuasan dan merasa kekecewaan.

Adjustment adalah..

Adjustment atau penyesuaian sendiri merupakan kemampuan individu dalam menghadapi tuntutan-tuntutan yang bersumber baik dari dalam diri maupun dari lingkungan sosial demi tercapainya keseimbangan dan terpenuhinya kebutuhan diri dengan baik. Mereka yang berhasil menyesuaikan diri disebut Adjusted Person, dan yang gagal menyesuaikan diri disebut Mal-adjusted Person.

Menurut Semiun, penyesuaian diri itu sendiri tidak bisa dikatakan baik atau buruk. Semiun mendefinisikannya dengan sangat sederhana, yaitu suatu proses yang melibatkan respons-respons mental dan tingkah laku yang menyebabkan individu berusaha menanggulangi kebutuhan-kebutuhan, tegangan-tegangan, frustrasi-frustrasi, dan konflik-konflik batin serta menyelaraskan tuntutan-tuntutan batin ini dengan tuntutan-tuntutan yang dikenakan kepadanya oleh dunia di mana ia hidup. 

Apa Saja Bentuk Mekanisme Adjustment ?

Moh. Surya (1985 : 27) mengemukakan bahwa bentuk mekanisme penyesuaian ciri dikelompokan kedalam kategori sebagai berikut :
1. Penyesuaian diri yang normal (well adjustment)
yaitu individu yang berhasil melakukan penyesuaian diri dengan lingkungannya. Penyesuaian diri yang normal ditandai dengan : (1) tidak menunjukan adanya ketegangan emosional, (2) tidak menunjukan adanya mekanisme-mekanisme psikologis, (3) tidak menunjukan adanya frustasi pribadi, (4) memiliki pertimbangan rasional dan pengarahan diri, (5) mampu dalam belajar, (6) menghargai pengalamannya, (7) bersikap realisasi dan objektif.

2. Penyesuaian diri yang salah (maladjustment) 
yaitu terjadi apabila individu bersangkutan tidak dapat melakukan atau gagal dalam penyesuaian diri secara normal. Maladjusment ditandai dengan berbagai bentuk tingkah laku yang salah, tidak terarah, emosional, sikap yang tidak ralistis, agresif dan sebagainya.

3. Penyesuaian yang patologis (pathologic adjustment) 
yaitu penyesuaian yang lebih parah daripada maladjustment (sebagai kelanjutan), individu tidak memperoleh penyelesaian yang memuaskan sehingga melakukan reaksi yang patologis. Bersifat patologis karena individu memerlukan perawatan atau penanganan dengan bantuan ahli jiwa. 

Lalu, Bagaimana Penyesuaian Diri yang Dikatakan Berhasil?

Penyesuaian diri yang berhasil menurut Surachmad  ( dalam Siti Sundari 2005) adalah :
1. Bilamana dengan sempurna memenuhi kebutuhan, tanpa melebihkan yang satu dan mengurangi yang lain.
2. Tidak mengganggu manusia lain dalam memenuhi kebutuhan yang sejenisnya.
3. Bertanggung jawab terhadap masyarakat dimana ia berada (saling menolong secara positif).

Sedangkan menurut Semiun menjelaskan bahwa orang yang dapat menyesuaikan diri dengan baik adalah orang yang memiliki respons-respons yang matang, efisien, memuaskan, dan sehat. Sebaliknya, orang yang neurotik adalah orang yang sangat tidak efisien dan tidak pernah menangani tugas-tugas secara lengkap. Istilah "sehat" berarti respons yang baik untuk kesehatan, yakni cocok dengan kodrat manusia, dalam hubungannya dengan orang lain dan dengan tanggung jawabnya.

Kesehatan merupakan ciri yang sangat khas dalam penyesuaian diri yang baik. Singkatnya, meskipun memiliki kekurangan-kekurangan kepribadian, orang yang dapat menyesuaikan diri dengan baik dapat bereaksi secara efektif terhadap situasi-situasi yang berbeda, dapat memecahkan konflik-konflik, frustrasi-frustrasi, dan masalah-masalah tanpa menggunakan tingkah laku simtomatik.

Hubungan Penyesuaian Diri dan Kesehatan Mental

Tentu ada hubungan yang jelas antara konsep penyesuaian diri dan kesehatan mental, tetapi hubungan tersebut tidak mudah ditetapkan. Kesehatan mental merupakan kondisi yang sangat dibutuhkan untuk penyesuaian diri yang baik, dan demikian juga sebaliknya. Apabila seseorang bermental sehat, maka sedikit kemungkinan ia akan mengalami ketidakmampuan manyesuaikan diri yang berat. Kesehatan mental adalah kunci dari penyesuaian diri yang sehat.


Oleh karenanya, penting bagi kita untuk menjaga kesehatan mental juga. Jangan sampai teman-teman hanya terfokuskan menjaga fisik agar tetap sehat. Eh, kesehatan mentalnya lupa tidak dijaga. Ibaratnya setiap pagi hari workout, malamnya selalu overthingking mikirin mantan yang pergi tanpa perpisahan.  (eh..) Hati-hati, jangan sering begitu ya teman-teman. Nanti bisa jadi pemicu masalah pada kesehatan mental lho. Yuk bisa yuk, move on bareng-bareng!

Terakhir, rumus dari Qorin yang bisa jadi reminder untuk teman-teman dalam penyesuaian diri,  "Healthy Body + Healthy Mind = Happy Life".

Well, semoga tulisan kali ini bermanfaat buat teman-teman pengunjung blog. 
Sampai bertemu ditulisan selanjutnya❤
Stay safe, stay healthy everyone!

Reference :
1. Semiun, Yustinus. 2006. Kesehatan Mental 1. Yogyakarta: Kanisinus.
2. Sundari, S. 2005. Kesehatan Mental dalam Kehidupan. Jakarta : Rineka.
3. Nurdin. 2009. Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Penyesuaian Sosial Siswa Di Sekolah. JURNAL Administrasi Pendidikan.Vol IX No.1 : 86-108.

 

You May Also Like

4 Comments

  1. Replies
    1. Thank you for ur supported. Maaf banget baru kali pertama nulis topik yg serius, jadi harap maklum bila ada salah-salah🙏

      Delete
  2. Semoga tulisan ini bisa bermanfaat buat orang banyak,,
    Semangat

    ReplyDelete
    Replies
    1. Amiin, terima kasih sudah menjadi pembaca blognya Qorin❤
      Semoga seterusnya bisa lebih baik lagi dalam tulis menulis blog :)

      Delete