Perspektif Perilaku Abnormal

by - October 15, 2020

Assalamu'alaikum pembaca setianya Qorin yang luar biasa..
Sebelumnya Qorin sudah membahas "Normal dan Abnormal" dan kali akan membahas mengenai "Perspektif Perilaku Abnormal". Qorin akan memberikan sedikit gambaran mengenai konsep perilaku abnormal dalam 4 perspektif yaitu psikoanalisa, humanistik, behavioristik, and kognitif. 

1. Perspektif Psikoanalisa

Bagi Freud, alam bawah sadar merupakan faktor penting penentu tingkah laku manusia dibandingkan alam sadarnya. Freud percaya bahwa berbagai bentuk abnormalitas diakibatkan oleh dorongan yang kuat atau insting id, yang mengawali tahap perkembangan konflik-konflik yang tidak disadari yang terkait dengan tahap perkembangan psikoseksual tertentu. 

Semisal, seorang gadis yang takut pada kekotoran dan secara obsesif membersihkannya. Hal ini dapat ditelusuri pada tahap anal, ketakutan pada keteratirkannya di masa kecil terhadap tinjanya yang berserakan., mungkin diakibatkan oleh orang tuanya yang sangat ketat dan tidak suka atau jijik ketika dia melakukan toilet training.
Jadi pada perspektif ini abnormalitas bisa saja terjadi karena adanya pengaruh ketidaksadaran dalam perilaku, pengalaman-pengalaman masa kecil yang membentuk kepribadian di masa dewasa, juga adanya penggunaan mekanisme pertahanan untuk mengontrol kecemasan atau stres.

2. Perspektif Humanistik

Dalam perspektif ini untuk memahami tingkah laku seseorang sangat penting melihat atau mengalami dunia dari segi pandangannya sendiri karena tingkah lakunya disebabkan oleh pilihan sadarnya dan pilihannya itu dipengaruhi oleh persepsi pribadinya tentang situasi. 
Source : Pixels
Adapun hambatan yang menjadi penyebab gangguan dalam perilaku menurut perspektif ini yaitu :
1. Penggunaan mekanisme pertahanan diri yang berlebihan 
2. Kondisi sosial yang tidak menguntungkan.
3. Stres yang berlebihan.

Menurut Rogers, perilaku abnormal adalah hasil dari perkembangan self-concept yang terganggu. Sedangkan Maslow berpendapat apabila manusia tidak dapat memenuhi kebutuhan hidupnya maka akan terjadi perilaku abnormal.

3. Perspektif Behavioristik

Dalam perspektif behavioristk, abnormalisats berasal dari kebiasaan-kebiasaan maladaptive yang terus-menerus dilakukan baik melalui : classical conditioning, operant conditioning, dan modelling. Skinner berpendapat bahwa kebebasan memilih adalah mitos, dan semua perilaku ditentukan oleh berbagai penguat yang tersapat di lingkungan. Misalanya, ketika seorang anak memukul temannnya untuk mempertahankan mainannya. Orang tua si anak tanpa disadari menguatkan agresi dengan mengalah ketika anak marah dan melakukan kekerasan untuk mencapai tujuannya, seperti tidur larut malam untuk menonton tv. Nah, renspons-renspon agresif pada anak inilah seringkali diberi penghargaan, yang membuat kemungkinan di masa depan muncul renspon agresif yang lebih besar.

Sedangkan contoh perilaku abnormal dalam modeling, seperti, anak-anak dari orang tua yang memiliki masalah penyalahgunaan zat. Maka anak-anak tersebut dapat memiliki pola perilaku yang sama yang tak lain diperoleh melalui pengamatannya.  Jadi, perilaku abnormal menurut perspektif ini merupakan hasil dari perilaku yang bertahan disebabkan berbagai kejadian hadiah atau hukuman yang mendorong pola respon yang bermasalah. 

4. Perspektif Kognitif

Dalam perspektif kognitif menjelaskan tingkah laku abnormal berdasarkan pikiran- pikiran yang keliru dan proses-proses pikiran yang kalut (Beck & Emery, 1985). Biasanya masalah-masalah yang berkenaan dengan pikiran dianggap sebagai simtom-simtom dari gangguan-gangguan psikologis, tetapi dalam pandangan kognitif, pikiran-pikiran itu dilihat sebagai penyebab dari gangguan-gangguan itu. 

Masalah-masalah dengan isi kognitif (pikiran-pikiran) adalah masalah-masalah dengan apa yang dipikirkan. Bila kita memiliki informasi yang salah tentang suatu situasi, maka respons kita terhadap situasi itu juga mungkin salah atau abnormal.

Source : Pixels
Para ahli teori berpendapat bahwa banyak tipe gangguan mental disebabkan oleh masalah-masalah yang menyangkut isi kognitif. Misalnya, seorang individu mengalami depresi karena ia berpikir ”aku adalah seorang yang tidak berharga”, atau mungkin bila teman-teman berpendapat bahwa seekor ular kecil yang tidak berbisa adalah berbahaya, maka teman-teman akan mengadakan respons dengan suatu ketakutan abnormal (menderita suatu fobia). Contoh-contoh ini menggambarkan cara-cara bagaimana isi kognitif yang salah bisa menimbulkan suatu penilaian yang salah terhadap suatu situasi dan pada akhirnya menimbulkan tingkah laku abnormal.

Terkadang kita semua bertingkah laku secara tidak tepat karena kita melebih-lebihkan makna dari suatu peristiwa, membiarkan perhatian kita hilang, atau membuat kesalahan asosiatif yang menyebabkan kesalahpahaman. Jika benar bahwa tingkah laku kognitif dari orang-orang yang kacau hanya merupakan hal- hal yang ekstrem dari tingkah laku kognitif yang terlihat pada orang-orang normal, maka pengetahuan kita yang luas tentang tingkah laku kognitif dari orang-orang yang normal dapat digunakan untuk memahami tingkah laku abnormal.

So, bagaimana fellas? 
Qorin, berharap teman-teman bisa memahami bagaiamana konsep perilaku abnormal dari 4 perspektif diatas.
Sampai bertemu ditulisan selanjutnya❤
Stay safe, stay healthy, and stay happy!


Reference :
1. Markam, Suprapti Slamet I. S. Sumarmo. 2003. Pengantar Psikologi Klinis. Jakarta: Penerbit UI Press.
2. Davison, Gerald C, John M. Neale & Ann M. Kring 2006. Psikologi Bbnormal Edisi ke-9. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

You May Also Like

0 Comments