Review Drama Korea Everyone is There (2020)

by - January 09, 2021

Assalamu'alaikum pembaca setia blognya yang selalu semangat..
Judul baru dengan review yang baru pula, biasanya Qorin review film. Sekarang berganti ke drama Korea nih, fellas. Qorin akan mereview drakor yang berjudul "Everyone is There" dengan kaitannya psikopatologi pada dewasa yaitu gangguan Dissociative Identity Disorder (DID) yang biasa disebut dengan gangguan kepribadian ganda.
Pengen tau pembahasannya? Simak sampai akhir ya fellas!


Mengenai Drama Everyone is There Membahas Tentang Apasih?
Mini drama ini ceritanya berfokus pada kisah seorang remaja SMP bernama Soo Yeon yang diperankan oleh Roh Jeong Eui, yang dikenal pendiam dan tertutup. Ia tumbuh dalam keluarga berkecukupan, namun sayangnya mengalami nasib kurang beruntung di sekolah. Soo Yeon menjadi korban bullying dari teman-temannya. Hingga pada suatu hari, ia tak tahan lagi dan berniat mengakhiri hidup. Untungnya, ada sosok penyelamat yang berhasil meyakinkan Soo Yeon untuk mengurungkan niatnya. Sejak saat itu, Soo Yoon dan penyelamatnya mulai melawan dan membalas semua siswa yang pernah melecehkannya. Di sisi lain, Soo Yoon mempunyai saudara kembar bernama Jung Yeon (juga diperankan Roh Jeong Eui). Meski wajahnya begitu mirip, kepribadian keduanya sangat berbeda. Jung Yeon tumbuh menjadi remaja yang kasar bahkan tak segan melakukan tindakan kriminal demi menghasilkan uang. (Source sinopsis : Kompas.com)

Lalu Bagaiamana Kaitannya dengan Psikopatologinya?
Drama ini yang kita ketahui memang tokoh utamanya memiliki gangguan kepribadian ganda atau bisa disebut dengan DID. Secara singkatnya DID sendiri merupakan gangguan kepribadian ganda yang terjadi pada seseorang yang mana bisa berperan dalam berbagai peran. Soo Yeon diceritakan pada drama ini memiliki 3 peran yang ia memiliki yaitu menjadi anak pendiam, lalu berperan sebagai anak kembar yang memiliki sifat agresif, dan peran ketiga yaitu menjadi konselor yang tak lain guru BK di sekolahnya. 

Source : Pinterest
Sayangnya, memang dalam drama ini tidak diceritakan secara gamblang mengenai masa kecilnya hanya sekedar diberitahu bahwa Soo Yeon ini termasuk anak broken home. Yang dapat kita pahami dalam drama ini yang menjadi penyebab Soo Yeon ini mengalami gangguan DID bisa saja karena adanya trauma karena orang tuanya bercerai. Dalam prosesnya sendiri ketika memang Soo Yeon mengalami trauma di masa kecil maka terbentuklah yang dinamakan fiksasi. Fiksasi ini terjadi dari suatu peristiwa yang diingat seseorang lalu mengendap sehingga meninggalkan kesan yang kuat. lalu dari sinilah juga menyebabkan terhambatnya peristiwa-peristiwa yang harus diekspresikan seperti mungkin pada tokoh Soo Yeon ingin protes, ingin marah, tidak setuju dengan keputusan orang tuanya yang bercerai, marah juga benci, tetapi semua itu tidak sempat terekspresikan keluar. 

Ketika peristiwa-peristiwa atau pengalaman di masa kecilnya terfiksasi lalu berada di dslam dirinya, sebenarnya hal ini direpres ke alam bawah sadarnya. Ketika ada peristiwa yang sama atau hampir mirip dengan persitiwa-peristiwa yang tidak terekspresikan di alam bawah sadarnya akan muncul dalam bentuk seperti adanya salah persepsi sehingga menimbulkan perilaku-perilaku yang berbeda salah satunya adanya gangguan DID. 

Dalam penanganan gangguan DID ini semakin banyak peran atau kepribadian yang dimainkan tentunya semakin berat pula penanganannya. Hal yang dapat dilakukan adalah adanya psikoterapi guna menyatukan semua kepribadian yang ada, sehingga menjadi kepribadian yang utuh kembali juga membantu dalam menghadapi trauma di masa lalunya yang tak lain menjadi penyebab seseorang mengalami gangguan DID. Selain itu terpai keluarga juga bisa dilakukan dalam proses penanganan DID. Atau dengan pemberian obat-obatan bila diperlukan untuk meredakan gejala yang ada.

So, itu dia review drama serta pembahasan mengenai psikopatologi pada dewasa.
Sampai bertemu ditulisan selanjutnya❤
Stay safe, stay healthy, and stay happy fellas!











You May Also Like

0 Comments