Review Film To The Bone (2017)

by - January 08, 2021

Assalamu'alaikum warahamatullahi wabarakatuh..
Masuk review film kedua nih fellas, yaitu "Review Film To The Bone (2017)" yang mana filmnya membahas mengenai gangguan makan anorexia nervosa juga berkaitan dengan psikopatologis pada remaja. Pemeran utamanya Lily Collins lho, fellas. Siapa nih penggemar Lily Collins? Pasti tau dong ya, film ini. Untuk pembahasan review sebelumnya, fellas bisa pilih kategori "Psy Talks" yaa.
Enjoy your reading fellas!


Film To The Bone Tentang Apa sih?
Film ini bercerita tentang seorang gadis yang bernama Ellen yang diperankan oleh Lily Collins mengidap anorexia nervosa, ia kehilangan selera untuk makan. Ellen kerap mengukur lingkar tangannya untuk memastikan agar lingkar tangannya tak melebihi cengkaraman tangannya. Ellen juga tidak pernah menghabiskan santapannya, hanya sedikit yang terkonsumsi dan sebagian dimuntahkan. Selain itu, sebelum tidur, Ellen sit-up untuk menghilangkan kalori di tubuhnya. Tubuh Ellen pun semakin hari semakin mengkhawatirkan, tubuhnya bahkan mulai menampakkan tulang.

Ibu tirinya, Susan (Carrie Preston), mendaftarkan Ellen ke program konsultasi khusus anoreksia yang dipimpin Dr. Beckham (Keanu Reeves). Di sebuah rumah yang tak terlalu luas, Ellen berinteraksi dengan pasien-pasien anorexsia lainnya. Di dalam rumah pemulihan tersebut pasien-pasien anorexia menganggap ruang makan adalah ruang penyiksaan. Penyebutan jumlah kalori pada makanan merupakan tindak kejahatan. Selain itu, upaya pemulihan juga menjadi sulit sebab pasien-pasien yang mempunyai siasat untuk menolak asupan. (Source sinopsis : Tribunnewswiki.com)

Bagaimana pembahasan film dengan psikopatologi remaja?
Pertama, penjelasan mengenai anorexia nervosa sendiri yang kita ketahui adalah termasuk dalam gangguan makan. Gangguan makan ini terjadi karena kebiasan pola makan yang tidak teratur akibat kekhawatiran atau adanya pola pikir yang salah tentang berat badan ataupun body image. Orang-orang yang mengalami anorexia nervosa ditandai dengan ciri-ciri yaitu mereka membatasi jumlah makannya yang dianggap dapat menyebabkan berat badannya naik. Hal ini biasanya dimulai dari makan yang sedikit-sedikit hingga benar-benar tidak makan sama sekali. Seperti dalam filmnya sendiri, menampilkan Ellen yang tidak pernah makan sama sekali. Bila Ellen makan, maka dia kerap membuang makanannya yang biasanya ditauh di tissu. Ellen juga kerap menghitung kalori yang ada pada makanan, mengukur lingkar lengannya, juga melakukan sit-up. 

Source : Pinterest
Dilihat pada filmnya sendiri Ellen mengalami anorexia nervosa karena ada permasalahan dalam hal relasi dengan orang tuanya yang mana Ellen memang berasal dari keluarga broken home.  Di filmnya pun, diceritakan bahwa ibu kandungnya juga mengalami issu psikologis yaitu seorang yang lesbian dan adanya gangguan bipolar. Walau memang permasalahan pada ibu kandung tidak tersorot secara kompleks. Terlihat adanya tuntutan yang dibebankan kepada Ellen sebagai seorang anak yang tidak Ellen penuhi. 

Secara etiologi, penyebab orang mengalami anorexia karena beberapa faktor. Yaitu bisa karena faktor genetik, faktor psikologis seperti adanya stress tertentu atau bisa karena persepsi yang salah mengenai body image atau karena dulu pernah mengalami bullying terkait kondisi fisik atau body shaming. Ada pula faktor lingkungan karena standar kecantikan perempuan saat ini dilihat dari bentuk tubuh yang langsing. Dari faktor-faktor tersebutlah yang dapat menyebabkan seseorang mengalami anorexia nervosa yang memang lebih sering terjadi pada remaja perempuan. Karena penerimaan perubahan saat pubertas perempuan lebih menerimanya ke pandangan negatif daripada remaja laki-laki yang lebih menerima secara positif. 

Dampak dari gangguan anorexia sendiri, tentunya secara fisik tulang-tulangnya akan terlihat atau menonjol seperti pada Ellen. Karena tidak adanya lemak dalam tubuh tentu menyebabkan mudah kedinginan, lalu bulu-bulu pada tubuhnya bertambah banyak, rambut Ellen terlihat tipis karena rontok. Jari-jari pun menjadi berwarna kebiruan, mata yang lesu juga nampak pada Ellen. Pada perempuan, anorexia menyebabkan menstruasi yang tidak lancar.

Dalam penanganan gangguan anorexia ada beberapa cara yang dapat dilakukan, tentunya individu yang mengalami gangguan ini harus datang ke ahli yang lebih profesional seperti ke psikolog. Biasanya dalam penanganan gangguan anorexia membutuhkan waktu yang lama. Cara pertama dapat dilakukan dengan Cognitive Behavioral Therapy (CBT) yang bertujuan untuk merubah persepsi yang salah tentang body image yang salah. Kedua bisa dilakukan dengan Family Therapy seperti dalam filmnya sendiri yang lebih mengedepankan support system keluarga. Ketiga dengan Art Therapy, seperti yang dilakukan Ellen selalu menggambar apa yang ingin dia rilis emosinya bahkan keinginannya untuk makan cokelat juga dia tuangkan dalam bentuk gambar. Kemudian dengan bantuan farmakologi juga dibutuhkan bagi individu yang mengalami anorexia. 

Well, memang yang paling penting adalah Self-Love yang tak lain sebagai kunci untuk tetap menerima segala perubahan dalam bentuk yang ada pada diri kita, sehingga tentang persepsi bahwa cantik itu harus langsing akan kalah dengan cara self-love yang kita lakukan.

Sampai bertemu ditulisan selanjutnya❤
Stay safe, stay healthy, and stay happy fellas!


You May Also Like

0 Comments